Barusan aku merapikan folder-folder lama
email, eh ternyata banyak email yang menarik. Satu hal yang buat aku
ngakak adalah membaca caraku ngomel dan kesederhanaan masalahnya. Now,
people change so do I.
Aku yang sekarang sudah nggak akan ngomel lagi untuk masalah seperti itu. Tahu nggak masalahnya apa? Jadi pada suatu hari di kala aku masih duduk di bangku SMA, aku janjian sama pacar buat datang ke pesta ulang tahun temen. Ia bilang akan menjemput ke rumah dan mungkin terlambat beberapa menit karena barusan bangun, tetapi ia akan mengusahakan untuk tepat waktu. Tentunya aku bersiap segera dandan sesuai dresscode yang ditentukan, dan taraaa.. 10 menit sebelum jam janjian aku udah siap. Bagiku tak masalah menunggu 10 menit karena aku bisa menghabiskan waktu dengan membaca buku. Tetapi ternyata pacarku baru tiba SATU JAM kemudian! Tampangnya kusut, minta maaf dan aku melengos. Begitu ia tiba di rumahku, aku langsung masuk ke kamar dan ngambek nggak mau berangkat ke pesta temanku, serta nggak mau ketemu pacarku sore itu. Esoknya, aku mengiriminya email, dan menulis bahwa aku merasa tidak dihargai olehnya. Emailku sangat panjang dan hampir keseluruhan isinya hanya omelan semata. Aku ngambek hingga beberapa hari, tanpa memedulikan alasan dia terlambat.
Singkat cerita, saat pacarku berangkat menuju rumahku tiba-tiba di jalan ban dia bocor, tentu saja dia langsung menambal ban dan menunggu antrian, *entah kenapa mungkin waktu itu musim ban bocor. Ketika dia mau sms aku, ternyata dia lupa membawa handphone karena terburu-buru segera berangkat.
Aku yang sekarang sudah nggak akan ngomel lagi untuk masalah seperti itu. Tahu nggak masalahnya apa? Jadi pada suatu hari di kala aku masih duduk di bangku SMA, aku janjian sama pacar buat datang ke pesta ulang tahun temen. Ia bilang akan menjemput ke rumah dan mungkin terlambat beberapa menit karena barusan bangun, tetapi ia akan mengusahakan untuk tepat waktu. Tentunya aku bersiap segera dandan sesuai dresscode yang ditentukan, dan taraaa.. 10 menit sebelum jam janjian aku udah siap. Bagiku tak masalah menunggu 10 menit karena aku bisa menghabiskan waktu dengan membaca buku. Tetapi ternyata pacarku baru tiba SATU JAM kemudian! Tampangnya kusut, minta maaf dan aku melengos. Begitu ia tiba di rumahku, aku langsung masuk ke kamar dan ngambek nggak mau berangkat ke pesta temanku, serta nggak mau ketemu pacarku sore itu. Esoknya, aku mengiriminya email, dan menulis bahwa aku merasa tidak dihargai olehnya. Emailku sangat panjang dan hampir keseluruhan isinya hanya omelan semata. Aku ngambek hingga beberapa hari, tanpa memedulikan alasan dia terlambat.
Singkat cerita, saat pacarku berangkat menuju rumahku tiba-tiba di jalan ban dia bocor, tentu saja dia langsung menambal ban dan menunggu antrian, *entah kenapa mungkin waktu itu musim ban bocor. Ketika dia mau sms aku, ternyata dia lupa membawa handphone karena terburu-buru segera berangkat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita suka
ngomel dan berprasangka tanpa sadar. Padahal kalau mau dibuat
presentase, sangatlah sedikit orang yang punya niat khusus untuk
menyakiti orang lain. Apalagi sahabat maupun pacar. Jadi kalau
dipikir-pikir lagi, kenapa harus ngomel ya?
Contoh yang kerap kita temui di jalan adalah senggolan antarmobil, antarmotor, antarmobil-motor. Respon pertama pasti marah-marah. Padahal kalau marah-marah, kita cenderung menyalahkan, bukan melihat masalahnya di mana. Siapa sih orang yang secara sengaja mau senggolan di jalan? Maksudnya orang normal loo ya..
Cerita lain lagi adalah seorang teman lain yang sangat nggak suka dengan teman lesnya. Nyaris tiap ketemu, dari segitu banyak materi pembicaraan, pasti ada cerita tentang teman lesnya itu. Beginilah, begitulah, sampai cibiran fisik seperti, “Ih, tu orang ya, kecentilan banget. padahal tau nggak sih? Kulitnya loh gelap. Ihh, amit-amit deh.”
Contoh yang kerap kita temui di jalan adalah senggolan antarmobil, antarmotor, antarmobil-motor. Respon pertama pasti marah-marah. Padahal kalau marah-marah, kita cenderung menyalahkan, bukan melihat masalahnya di mana. Siapa sih orang yang secara sengaja mau senggolan di jalan? Maksudnya orang normal loo ya..
Cerita lain lagi adalah seorang teman lain yang sangat nggak suka dengan teman lesnya. Nyaris tiap ketemu, dari segitu banyak materi pembicaraan, pasti ada cerita tentang teman lesnya itu. Beginilah, begitulah, sampai cibiran fisik seperti, “Ih, tu orang ya, kecentilan banget. padahal tau nggak sih? Kulitnya loh gelap. Ihh, amit-amit deh.”
Kita memang punya kecenderungan
berkomentar sampai ke fisik dan sifat lain dari orang yang kita sebel.
Dua hal yang bisa jadi tak berhubungan dengan kesebelan kita padanya.
Kalau kita asyik dengan omelan seperti itu, maka kita lupa untuk
menyelesaikan masalahnya. Suatu hari aku tanya ke temanku itu, apakah
masalahnya dengan teman lesnya udah selesai, ia bilang belum. Lalu buat
apa membahas orang, menghabiskan energi untuk itu, bila hasil akhirnya
bukan solusi?
So, pikir dan pilih yang terbaik buat kita ya guys
Tidak ada komentar:
Posting Komentar